Sabtu, 28 Maret 2015

Makalah Buruk Sangka (Format Jurnalistik)

BURUK  SANGKA
Nama : Hikmat Samsul Rizal | NPM : 2014.0127
Jurusan Pendidikan Agama Islam, STAI AL-FALAH Cicalengka

ABSTRAK
                        Buruk sangka atau syu`udzon adalah kebalikan dari baik sangka atau husnudzon. Buruk sangka merupakan salah satu penyakit jiwa, dan termasuk sifat tercela. Orang yang dihinggapi penyakit buruk sangka selalu curiga terhadap orang lain, jika ada orang lain sedang bercakap-cakap disangkanya sedang mempercakapkan keadaan dirinya. Jika ada orang yang mendapat keuntungan disangkanya orang itu memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang tidak baik.
Keyword : Buruk sangka, tercela dan dosa.
A.     PENDAHULUAN
Dalam hidup di dunia ini, manusia mempunyai dua macam akhlak/perilaku, ada akhlak terpuji dan ada juga yang tercela. Akhlak yang terpuji akan berdampak positif pada pelakunya, begitu juga akhlak  tercela yang akan membawa dampak negatif pada pelakunya.
Agama islam mengajarkan hal-hal yang baik dalam segala aspek kehidupan manusia, islam adalah ajaran yang benar untuk memperbaiki manusia dalam membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan akhlak yang terpuji manusia dapat mendapatkan derajat yang tinggi, baik di mata Allah SWT, sesama manusia dan semua makhluk-Nya yang lain termasuk jin dan malaikat. Selain akhlak terpuji, manusia juga bisa memiliki perilaku tercela, salah satunya yaitu berburuk sangka, dimana perilaku itulah yang harus ditinggalkan karena akan menurunkan derajatnya di mata Allah dan makhluk-Nya yang lain.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Buruk Sangka
Menurut bahasa, buruk sangka merupakan makna dari kata bahasa arab yaitu syu’udzon yang mana lawan kata dari husnudzon yang artinya berbaik sangka. Prasangka dihasilkan dari perbuatan dan perkataan seseorang atau gerak gerik orang yang mendapat tuduhan tertentu dari orang lain, biasanya prasangka timbul bila seseorang berada dalam situasi yang sulit.
Rasulullah SAW bersabda :        
عن أبي هريرة عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قال إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ وَلَاتَحَسَّسُوْا وَلَاتَجَسَّسَوْا وَلَاتَحَاسَدُوْا وَلَاتَدَابَرُوْا وَلَاتَبَاغَضَوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَاللهِ إِخْوَانًا 
(أخرجه البخاري في كتاب الادب)
Yag artinya : “jauhilah oleh kalian berprasangka (buruk), karena Sesungguhnya berprasangka (buruk) itu ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah memata-matai, janganlah saling bersaing, iri hati, benci dan berselisih. Jadilah hamba-hamba allah yang bersaudara”.[[1]]
Ada beberapa pesan yang disampaikan Nabi dalam hadits tersebut, antaralain:
1.   Waspadalah terhadap sangkaan.                  
Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya.  Orang yang telah melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُو
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain…’’[[2]]
Buruk sangka dalam masalah ini adalah haram hukumnya. Buruk sangka dinyatakan oleh Nabi SAW sebagai sedusta-dustanya ucapan. Buruk sangka biasanya berasal dari diri sendiri, hal itu sangat berbahaya karena akan mengganggu hubungannya dengan orang lain yang dituduh jelek, padahal belum tentu orang tersebut sejelek persangkaannya. Itulah sebabnya, berburuk sangka sangat berbahaya, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa buruk sangka lebih berbahaya daripada berbohong.
2.   Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain.
Tajassus ialah meneliti atau mencari-cari kesalahan orang lain yang bersasaran aurat yakni sesuatu yang diharapkan tertutup, tidak ingin diketahui, didengar atau dilihat orang lain.
3.   Janganlah memata-matai.
Takhassus ialah meneliti atau mencari-cari kesalahan orang lain yang bersasaran pembicaraan rahasia atau sesuatu tertutup yang bisa terbuka dengan mata atau telinga.
4.   Janganlah saling mendengki.
Yakni sebagian kalian tidak mendengki kepada sebagian yang lain dan menghendaki hilangnya kenikmatan orang lain untuk berpindah kepada diri sendiri atau orang lain, berupa harta atau non-materi. Dan bila kedengkian ini muncul dalam benak, maka hadapilah dengan perlawanan, tanpa berkeinginan membiarkan kedengkian.
5.   Janganlah Saling Membenci.
Dimaksudkan tidak melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan kebencian, karena kebencian tidak berdiri sendiri tanpa ada penyebab.
6.   Janganlah saling mendiamkan.
Dimaksudkan janganlah melakukan pemutusan hubungan atau saling menjauhi. Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa’ berkata: “Aku tidak menilai sikap saling mendiamkan selain sebagai berpaling dari berdamai, di mana ia membelakangi kedamaian dengan wajah, sebagai bagian dari sikap mendiamkan.
7.   Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Rasulullah memerintahkan kita untuk saling bersaudara dengan sabda beliau:
كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا كَمَا اَمَرَكُمُ اللهِ
“Jadilah hamba-hamba Allah saling bersaudara, sebagaimana diperintahkan Allah.”
Yakni bersaudaralah dengan orang yang seiman, sebagaimana persaudaraan sekandung, dalam kasih sayang saling membantu dan berbuat baik.
Tuhan menyuruh kita untuk hanya mempunyai sangkaan yang baik, tidak boleh mempunyai sangkaan yang buruk. Sebab dari titik tolak sangkaan kita itu akan menghasilkan keadaan yang sesuai dengan sangkaan kita itu. Jika kita menyangka Allah itu baik, maka Allah pun akan memperlakukan kita secara baik. Tetapi sebaliknya, jika kita berprasangkka buruk kepada Allah, maka Allah pun akan memperlakukan kita secara buruk pula.
Seperti dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan :
Yang artinya: “Aku (Allah) mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. jika mereka menyangka baik, mereka akan Ku perlakukan baik. jika mereka menyangka buruk terhadap-Ku, merekapun akan Ku perlakukan secara buruk pula.” [[3]]
2.      Sebab-sebab berburuk sangka
Sebab-sebab prasangka buruk itu ada dua model dan bentuknya : terkadang terkait dengan orang yang berprasangka dan terkadang terkait tentang seseorang yang menjadi objek prasangka buruk itu.
Adapun hal yang menjadi sebab berprasangka buruk kepada orang lain di antaranya adalah:
Manusia yang punya prasangka buruk itu memiliki kelemahan dan kelainan khusus, hal ini memaksanya untuk berprasangka buruk terhadap yang lain.
Adapun hal-hal yang menyebabkan orang lain berprasangka buruk kepada kita di antaranya adalah Berada pada posisi tertuduh.
3.      Dampak negatif dari buruk sangka.
Dibawah ini terdapat beberapa dampak negatif dari berburuk sangka, antara lain:
1.      Hancurnya ukhuwah dan hilangnya teman.
2.      Mudah berbuat dosa.
3.      Sulit untuk berbuat baik dan meminta maaf.
4.      Sulit untuk bekerjasama dengan orang lain.
5.      Biang provokator.
Secara psikologis, orang yang memiliki sifat buruk sangka selalu menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1.      Selalu menolak setiap kegagalan dan tindakan orang lain yang tidak simpatik atau tidak berkenaan dengan hatinya.
2.      Menyalah artikan tindakan dan sikap orang lain sebagai penghinaan dan permusuhan.
3.      Cenderung pendendam.
4.      Egois dan sok benar sendiri.
Sering kita melihat orang yang menuduh orang lain jelek, dan berusaha untuk mengintai orang lain tanpa hak, setelah meneliti dan menemukan suatu kesimpulan bahwa dia berghibah (membicarakan kejelekan) terhadap saudaranya yang muslim sendiri. Orang yang berbuat seperti itu sama saja dengan melakukan tiga dosa, yaitu :
1.      Dosa karena berprasangka.
2.      Dosa dari menyelidiki kejelekan orang lain.
3.      Dosa dari membicarakan kejelekan orang lain.

Metode / cara memerangi sikap prasangka buruk.
Untuk menghilangkan sikap prasangka buruk, ada beberapa cara dan metode yang bisa dilakukan:
1.      Husnudzon / Menganggap benar sikap dan perbuatan orang muslim
2.      Tidak terburu-buru menilai dan mengambil keputusan atas suatu berita, akan tetapi terlebih dahulu bersabar sampai pada saat berita tersebut betul-betul benar atau salah. Ketika betul-betul sudah dibuktikan dan sudah dipastikan, baru ia mengambil keputusan.
3.      Merenungkan bahaya prasangka buruk, yaitu dengan merenungkan dan memikirkan akan bahaya dan malapetaka yang akan ditimbulkannya.

C.     KESIMPULAN
Begitulah prasangka buruk itu akan menarik manusia berbuat dosa lebih banyak. Oleh karena itu Allah SWT melarang Attajassus / “mengintip-intip” dan ghibah setelah melarang suudzan “buruk sangka” sebagai sebuah peringatan terhadap orang Islam agar tidak menempatkan diri pada posisi yang menjurus kepada suudzan terhadap orang muslim yang adil dan terjaga dari perbuatan dosa.
                                       












DAFTAR  PUSTAKA

http://iipkasipulqulub.blogspot.com/2014/02/makalah-hadits-berbuat-baik-dan-buruk.html diakses dan direvisi pada hari Minggu, 8 Maret 2015 pukul 10:01
http://mikiarmadaibnutsman.blogspot.com/2012/05/tingkah-laku-tercela.html diakses dan direvisi pada hari Minggu, 8 Maret 2015 pukul 10:10




[[1]] Dari Abu Hurairah R.A (H.R Bukhari dalam Kitabul Adab)
[[2]]Q.S. Al-Hujurat ayat 12
[[3]]Imam At-Thabrani dan Abu Na’I