BURUK SANGKA
Nama
: Hikmat Samsul Rizal | NPM : 2014.0127
Jurusan
Pendidikan Agama Islam, STAI AL-FALAH Cicalengka
ABSTRAK
Buruk sangka atau syu`udzon adalah kebalikan dari baik sangka
atau husnudzon. Buruk sangka merupakan salah satu penyakit jiwa, dan termasuk
sifat tercela. Orang yang dihinggapi penyakit buruk sangka selalu curiga
terhadap orang lain, jika ada orang lain sedang bercakap-cakap disangkanya
sedang mempercakapkan keadaan dirinya. Jika ada orang yang mendapat keuntungan
disangkanya orang itu memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang tidak baik.
Keyword : Buruk sangka,
tercela dan dosa.
A.
PENDAHULUAN
Dalam hidup di dunia ini, manusia mempunyai
dua macam akhlak/perilaku, ada akhlak terpuji dan ada juga yang tercela. Akhlak
yang terpuji akan berdampak positif pada pelakunya, begitu juga akhlak
tercela yang akan membawa dampak negatif pada pelakunya.
Agama islam mengajarkan hal-hal yang baik
dalam segala aspek kehidupan manusia, islam adalah ajaran yang benar untuk
memperbaiki manusia dalam membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang
mulia baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan akhlak yang terpuji manusia dapat
mendapatkan derajat yang tinggi, baik di mata Allah SWT, sesama manusia dan
semua makhluk-Nya yang lain termasuk jin dan malaikat. Selain akhlak terpuji,
manusia juga bisa memiliki perilaku tercela, salah satunya yaitu berburuk
sangka, dimana perilaku itulah yang harus ditinggalkan karena akan menurunkan
derajatnya di mata Allah dan makhluk-Nya yang lain.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Buruk Sangka
Menurut bahasa, buruk sangka merupakan makna
dari kata bahasa arab yaitu syu’udzon yang mana lawan kata dari husnudzon yang
artinya berbaik sangka. Prasangka dihasilkan dari perbuatan dan perkataan
seseorang atau gerak gerik orang yang mendapat tuduhan tertentu dari orang
lain, biasanya prasangka timbul bila seseorang berada dalam situasi yang sulit.
Rasulullah
SAW bersabda :
عن أبي هريرة عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قال
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ وَلَاتَحَسَّسُوْا
وَلَاتَجَسَّسَوْا وَلَاتَحَاسَدُوْا وَلَاتَدَابَرُوْا وَلَاتَبَاغَضَوْا
وَكُوْنُوْا عِبَادَاللهِ إِخْوَانًا
(أخرجه البخاري في كتاب
الادب)
Yag
artinya : “jauhilah oleh kalian berprasangka (buruk), karena Sesungguhnya
berprasangka (buruk) itu ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari
kesalahan orang lain, janganlah memata-matai, janganlah saling bersaing, iri
hati, benci dan berselisih. Jadilah hamba-hamba allah yang bersaudara”.[[1]]
Ada
beberapa pesan yang disampaikan Nabi dalam hadits tersebut, antaralain:
1. Waspadalah
terhadap sangkaan.
Buruk
sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa
adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang
telah melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Qur’an :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُو
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari kesalahan orang lain…’’[[2]]
Buruk
sangka dalam masalah ini adalah haram hukumnya. Buruk sangka dinyatakan oleh
Nabi SAW sebagai sedusta-dustanya ucapan. Buruk sangka biasanya berasal dari
diri sendiri, hal itu sangat berbahaya karena akan mengganggu hubungannya
dengan orang lain yang dituduh jelek, padahal belum tentu orang tersebut
sejelek persangkaannya. Itulah sebabnya, berburuk sangka sangat berbahaya,
bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa buruk sangka lebih berbahaya daripada
berbohong.
2. Janganlah
mencari-cari kesalahan orang lain.
Tajassus ialah
meneliti atau mencari-cari kesalahan orang lain yang bersasaran aurat yakni
sesuatu yang diharapkan tertutup, tidak ingin diketahui, didengar atau dilihat
orang lain.
3. Janganlah
memata-matai.
Takhassus ialah
meneliti atau mencari-cari kesalahan orang lain yang bersasaran pembicaraan
rahasia atau sesuatu tertutup yang bisa terbuka dengan mata atau telinga.
4. Janganlah
saling mendengki.
Yakni
sebagian kalian tidak mendengki kepada sebagian yang lain dan menghendaki
hilangnya kenikmatan orang lain untuk berpindah kepada diri sendiri atau orang
lain, berupa harta atau non-materi. Dan bila kedengkian ini muncul dalam benak,
maka hadapilah dengan perlawanan, tanpa berkeinginan membiarkan kedengkian.
5. Janganlah
Saling Membenci.
Dimaksudkan
tidak melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan kebencian, karena kebencian tidak
berdiri sendiri tanpa ada penyebab.
6. Janganlah
saling mendiamkan.
Dimaksudkan
janganlah melakukan pemutusan hubungan atau saling menjauhi. Imam Malik dalam
kitab Al-Muwaththa’ berkata: “Aku tidak menilai sikap saling
mendiamkan selain sebagai berpaling dari berdamai, di mana ia membelakangi
kedamaian dengan wajah, sebagai bagian dari sikap mendiamkan.
7. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Rasulullah
memerintahkan kita untuk saling bersaudara dengan sabda beliau:
كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا كَمَا اَمَرَكُمُ اللهِ
“Jadilah
hamba-hamba Allah saling bersaudara, sebagaimana diperintahkan Allah.”
Yakni
bersaudaralah dengan orang yang seiman, sebagaimana persaudaraan sekandung,
dalam kasih sayang saling membantu dan berbuat baik.
Tuhan
menyuruh kita untuk hanya mempunyai sangkaan yang baik, tidak boleh mempunyai
sangkaan yang buruk. Sebab dari titik tolak sangkaan kita itu akan menghasilkan
keadaan yang sesuai dengan sangkaan kita itu. Jika kita menyangka Allah itu
baik, maka Allah pun akan memperlakukan kita secara baik. Tetapi sebaliknya,
jika kita berprasangkka buruk kepada Allah, maka Allah pun akan memperlakukan
kita secara buruk pula.
Seperti
dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan :
Yang
artinya: “Aku (Allah) mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. jika mereka
menyangka baik, mereka akan Ku perlakukan baik. jika mereka menyangka buruk
terhadap-Ku, merekapun akan Ku perlakukan secara buruk pula.” [[3]]
2.
Sebab-sebab
berburuk sangka
Sebab-sebab prasangka buruk itu
ada dua model dan bentuknya : terkadang terkait dengan orang yang berprasangka
dan terkadang terkait tentang seseorang yang menjadi objek prasangka buruk itu.
Adapun hal yang menjadi sebab
berprasangka buruk kepada orang lain di antaranya adalah:
Manusia yang punya prasangka
buruk itu memiliki kelemahan dan kelainan khusus, hal ini memaksanya untuk
berprasangka buruk terhadap yang lain.
Adapun hal-hal yang menyebabkan orang lain berprasangka buruk kepada
kita di antaranya adalah Berada pada posisi tertuduh.
3.
Dampak
negatif dari buruk sangka.
Dibawah
ini terdapat beberapa dampak negatif dari berburuk sangka, antara lain:
1. Hancurnya
ukhuwah dan hilangnya teman.
2. Mudah
berbuat dosa.
3. Sulit
untuk berbuat baik dan meminta maaf.
4. Sulit
untuk bekerjasama dengan orang lain.
5. Biang
provokator.
Secara
psikologis, orang yang memiliki sifat buruk sangka selalu menunjukkan perilaku
sebagai berikut :
1. Selalu
menolak setiap kegagalan dan tindakan orang lain yang tidak simpatik atau tidak
berkenaan dengan hatinya.
2. Menyalah
artikan tindakan dan sikap orang lain sebagai penghinaan dan permusuhan.
3. Cenderung
pendendam.
4. Egois
dan sok benar sendiri.
Sering kita melihat orang yang menuduh orang lain jelek,
dan berusaha untuk mengintai orang lain tanpa hak, setelah meneliti dan
menemukan suatu kesimpulan bahwa dia berghibah (membicarakan kejelekan)
terhadap saudaranya yang muslim sendiri. Orang yang berbuat seperti itu sama
saja dengan melakukan tiga dosa, yaitu :
1. Dosa
karena berprasangka.
2. Dosa
dari menyelidiki kejelekan orang lain.
3. Dosa
dari membicarakan kejelekan orang lain.
Metode / cara memerangi sikap prasangka buruk.
Untuk menghilangkan sikap prasangka buruk,
ada beberapa cara dan metode yang bisa dilakukan:
1. Husnudzon / Menganggap benar sikap dan
perbuatan orang muslim
2. Tidak terburu-buru menilai dan mengambil
keputusan atas suatu berita, akan tetapi terlebih dahulu bersabar sampai pada
saat berita tersebut betul-betul benar atau salah. Ketika betul-betul sudah
dibuktikan dan sudah dipastikan, baru ia mengambil keputusan.
3. Merenungkan bahaya prasangka buruk, yaitu
dengan merenungkan dan memikirkan akan bahaya dan malapetaka yang akan
ditimbulkannya.
C.
KESIMPULAN
Begitulah
prasangka buruk itu akan menarik manusia berbuat dosa lebih banyak. Oleh karena
itu Allah SWT melarang Attajassus / “mengintip-intip” dan ghibah setelah
melarang suudzan “buruk sangka” sebagai sebuah peringatan terhadap orang Islam
agar tidak menempatkan diri pada posisi yang menjurus kepada suudzan terhadap
orang muslim yang adil dan terjaga dari perbuatan dosa.
DAFTAR PUSTAKA
http://iipkasipulqulub.blogspot.com/2014/02/makalah-hadits-berbuat-baik-dan-buruk.html diakses dan
direvisi pada hari Minggu, 8 Maret 2015 pukul 10:01
http://mikiarmadaibnutsman.blogspot.com/2012/05/tingkah-laku-tercela.html diakses dan
direvisi pada hari Minggu, 8 Maret 2015 pukul 10:10